Keragaman suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, keindahan alam yang ada di Indonesia pada umumnya, dan di Bali Utara pada khususnya, merupakan potensi bagi pengembangan industri pariwisata Indonesia. Dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan ekonomi pada umumnya, serta sektor industri pariwisata khususnya, maka diperlukan adanya dukungan bagi tersedianya prasarana, sarana dan jasa penunjang yang memadai, seperti sarana promosi yang efektif dan efisien.
Meskipun upaya-upaya untuk menyediakan prasarana dan sarana telah dilaksanakan selama ini, namun keterbatasan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) telah mengurangi kemampuan pemerintah untuk membangun sarana dan prasarana serta jasa penunjang tersebut. Akibatnya, hal ini dapat menimbulkan penurunan kuantitas dan kualitas dari sektor industri pariwisata.
Promosi potensi wisata merupakan elemen penting dalam pengembangan industri pariwisata suatu daerah. Pada umumnya, sarana atau media yang selama ini dipergunakan dalam mempromosikan potensi pariwisata suatu daerah bersifat konvensional dan relatif mahal seperti iklan di media cetak maupun televisi. Promosi melalui sarana konvesional inipun sulit diukur efektivitasnya, perlu dilakukan survey secara khusus untuk mengukurnya.
Teknologi Informasi dan Komunikasi yang berkembang sangat cepat sejalan dengan perkembangan teknologi digital dan internet memiliki peran sebagai enabler bagi terciptanya nilai tambah bagi suatu kegiatan atau proses, termasuk sebagai “enabling technology” untuk mempromosikan potensi pariwisata serta industri kreatif sebagai penunjang pariwisata.
Keberadaan website, portal, blog, maupun wiki dapat dimanfaatkan sebagai sarana promosi yang relatif terjangkau dan mudah. Akses terhadap konten promosi dapat dilakukan melalui komputer, laptop, hingga telpon selular dan dapat diakses dari mana saja di seluruh dunia. Selain itu, teknologi seluler yang memiliki penetrasi sangat luas di Indonesia dengan lebih dari 200 juta nomor aktif, memiliki potensi yang luar biasa sebagai alat promosi daerah pariwisata secara domestik melalui media suara, pesan singkat (sms), maupun pesan multimedia (mms).
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu mengatakan bahwa tren komunikasi yang berkembang dalam masyarakat saat ini adalah komunikasi melalui jejaring sosial yang menawarkan berbagai kemudahan dalam mengakses informasi secara cepat dan akurat. Melihat kondisi ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga memanfaatkan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) untuk mempromosikan destinasi pariwisata dan produk ekonomi kreatif kepada masyarakat.
Mengenai pariwisata, berdasarkan sejumlah riset yang dilakukan, lebih dari 50% informasi mengenai destinasi pariwisata diperoleh melalui internet. Sementara, untuk rekomendasi destinasi pariwisata yang dipercaya adalah teman. Dalam hal ini, situs jejaring sosial berperan sebagai sarana berbagi informasi antar wisatawan. “Seperti beberapa tahun lalu ketika Paris Hilton datang ke Bali. Saat itu, tidak seorang pun yang tahu dia datang ke sana, tapi karena Paris menuliskannya di Twitter sehingga followernya mengetahui bahwa saat itu ia tengah berada di Bali. Hal ini berpengaruh positif bagi jumlah pengunjung yang datang ke Bali saat itu,” jelas Mari Elka.
Sekarang ini, sejumlah industri pariwisata telah melakukan transaksi dan layanan pemesanan online. “Sejumlah perusahaan penerbangan dan hotel misalnya, mereka sudah menyediakan jasa pemesanan online sehingga pengguna lebih mudah dalam mengakses produk-produk,” sebut Mari lagi.
Mencermati kondisi tersebut, Kemenparekraf juga melakuka promosi destinasi pariwisata dan produk ekonomi kreatif kepada masyarakat melalui website, facebook dan twitter yang bernama www.indonesia.travel. “Penggunaan TIK dimaksudkan untuk memudahkan masyrakat dalam memperoleh informasi mengenai pariwisata dan ekonomi kreatif,” papar Mari Elka yang ditemui usai memberikan pidato kunci pada Musyawarah Nasional Masyarakat Telekomunikasi VII di Gedung Indosat, Jakarta, 11 April 2012.
Sementara itu, untuk industri kreatif, Mari mengatakan bahwa sekarang ini sudah tersedia sejumlah portal seperti indonesiakreatif.com yang memungkinkan pelaku industri untuk mempromosikan produk, melakukan konsultasi dengan pakar dalam bidang yang sesuai, serta melakukan kegiatan transaksi. “Situs ini dikelola oleh pihak stakeholder, namun kami memberi dukungan agar situs ini bisa dikembangkan dan bermanfaat bagi pelaku industri kreatif,” tambah Mari.
Berdasarkan data dari World Economic Forum (WEF), kesiapan tekonologi Indonesia terbilang masih rendah. “Jika dilihat penggunaan mobilenya memang sudah mencapai 100%, tapi dari penggunaan internetnya hanya 13%,” ungkapnya lagi. Mari melanjutkan, bahwa rendahnya tingkat penggunaan internet dalam masyarakat dipengaruhi oleh minimnya infrastruktur TIK di Indonesia. “Kalangan pelaku bisnis dan masyarakat harus semakin diperkenalkan dan dibiasakan menggunakan internet dalam kehidupan sehari-hari,” lanjutnya lagi. Ia melanjutkan bahwa ini menjadi tugas bersama antara Kemnterian Komunikasi dan Informatika, Kemenparekraf, serta pihak lain yang terkait.
Mengenai keberadaan masyarakat telekomunikasi yang merupakan asosiasi para pelaku telekomunikasi, Menparekraf mengatakan bahwa asosiasi seperti ini dapat dijadikan mitra oleh pemerintah serta dapat memberi masukan baik mengenai arah kebijakan ataupun masukan untuk keperluan pengembangan sub sektor, sehingga teknologi ini semakin memasyarakat, baik untuk digunakan sebagai sarana interaksi maupun referensi.
Sumber Referensi : link1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar